Senin, 21 Maret 2011

Deteksi Dini Terhadap Komplikasi Kehamilan
1. Pengertian
Deteksi dini terhadap komplikasi kehamilan adalah upaya penjaringan
yang dilakukan untuk menemukan penyimpangan -penyimpangan yang terjadi
selama kehamilan ibu secara dini.
2. Tujuan
Untuk mengetahui penyimpangan -penyimpangan yang terjadi pada
kehamilan ibu secara dini.
3. Deteksi Dini dalam Kehamilan
Deteksi dini dalam pelayanan antenatal adalah mengarah pada
penemuan ibu hamil beresiko agar dapat ditangani secara memada i sehingga
kesakitan atau kematian dapat dicegah.
Untuk pengenalan tanda-tanda kehamilan yang memiliki tanda bahaya
dan komplikasi kehamilan banyak poster -poster dan leaflet disebarkan kepada
masyarakat khususnya ibu-ibu hamil yang berkunjung dalam pelayan an
antenatal maupun pada kegiatan kunjungan rumah dalam pemantauan
kesehatan masyarakat. Selain itu digunakan juga suatu alat bantu yang lebih
memungkinkan dilibatkannya ibu hamil untuk secara aktif mengamati sendiri
kehamilannya. Alat bantu tersebut juga bermanfaat bagi petugas kesehatan
dalam mengidentifikasi faktor resiko dan komplikasi kehamilan sehingga dapat
memberikan informasi dan saran yang tepat. Alat bantu tersebut dikenal dengan
Buku Kesehatan Ibu dan Anak (KIA).
Pengetahuan dan persiapan yang dapat dilakukan ibu menurut MNH
(Maternal and Neonatal Health Program) :
a. Memilih tenaga kesehatan dan tempat melahirkan pada waktu periksa hamil.
b. Mengenali persalinan yang normal dan memahami persiapan menghadapi
persalinan.
c. Mengenali tanda-tanda bahaya dan melaksanakan persiapan menghadapi
komplikasi.
d. Mengetahui sistem transportasi, tahu ke mana harus pergi bila terjadi
keadaan darurat, serta siapa yang akan tinggal untuk menjaga keluarga.
e. Memiliki tabungan pribadi dan dapat mengaksesnya bila diperlukan. (Santi,
2001).
Upaya yang dapat dilakukan ibu dalam deteksi dini terhadap komplikasi
kehamilan :
a. Dengan memeriksakan kehamilan sedini mungkin dan teratur ke Posyandu,
Puskesmas, Rumah Sakit paling sedikit 4 kali selama masa kehamilan.
b. Dengan mendapat imunisasi TT 2x.
c. Bila ditemukan kelainan-kelainan risiko tinggi pemeriksaan harus lebih sering
dan lebih intensif.
d. Makan makanan yang bergizi yaitu memenuhi 4 sehat 5 sempurna.
Hal-hal yang dapat dilakukan seorang ibu untuk menghindari terjadinya
komplikasi kehamilan:
a. Dengan mengenal tanda-tanda bahaya kehamilan secara dini.
b. Segera Posyandu, Puskesmas, atau Rumah Sakit terdekat bila ditemukan
tanda-tanda bahaya kehamilan tersebut (Soenardi, 2006).
Faktor-faktor yang mempengaruhi upaya deteksi dini seseorang terha dap
komplikasi kehamilan:
a. Tingkat Pendidikan
Tingkat pendidikan merupakan faktor yang mendukung perilaku ibu dalam
upaya deteksi dini komplikasi kehamilan. Ibu dengan tingkat pendidikan
tinggi lebih mudah memperoleh informasi tentang kesehatan.
b. Informasi
Menurut Snehandu B.Kar (Notoatmodjo, 2003) informasi tentang kesehatan
mempengaruhi seseorang dalam hal upaya deteksi dini komplikasi
kehamilan. Upaya deteksi dini seseorang yang rendah disebabkan karena
tidak atau kurangnya memperoleh informasi yang kuat.
c. Budaya
Menurut WHO (Notoatmodjo, 2003) upaya deteksi dini seseorang juga
dipengaruhi oleh faktor budaya. Kebudayaan ini terbentuk dalam waktu yang
lama sebagai akibat dari kehidupan suatu masyarakat bersama.
d. Sosial Ekonomi
Menurut WHO (Notoatmodjo, 200 3) faktor ekonomi juga berpengaruh
terhadap seseorang dalam upaya deteksi dini komplikasi kehamilan. Status
ekonomi keluarga juga berperan bagi seseorang dalam mengambil
keputusan bertindak termasuk tindakan yang berhubungan dengan
kesehatan.
4. Akibat yang akan terjadi
Pengenalan kemungkinan terjadinya komplikasi kehamilan harus secara
dini dan ditangani dengan benar. Tiap tanda bahaya kehamilan bisa
mengakibatkan komplikasi (Rochjati, 2003).
Akibat yang dapat terjadi bila ibu tidak dapat mengenali tanda bahaya
kehamilan secara dini dan upaya deteksi dini yang dilakukan ibu kurang, maka
akan terjadi komplikasi yang lebih lanjut yang akan mengakibatkan kematian ibu
dan bayi. Kematian tersebut merupakan dampak komplikasi kehamilan utama
yang sama yaitu perdarahan, infeksi, hipertensi dan abortus. Banyak kematian
neonatal merupakan akibat langsung penatalaksanaan kehamilan dan kelahiran
yang buruk (WHO, 2004).
Komplikasi Kehamilan
1. Pengertian
Komplikasi kehamilan adalah keadaan patologis yang erat kaitannya
dengan kematian ibu atau janin.
2. Macam-macam komplikasi kehamilan
Menurut Dep Kes RI (1997), jika tidak melaksanakan ANC sesuai aturan
dikhawatirkan akan terjadi komplikasi -komplikasi yang terbagi menjadi 3
kelompok :
a. Komplikasi Obstetrik Langsung, meliputi :
1) Perdarahan
Perdarahan antepartum adalah perdarahan yang terjadi setelah
kehamilan 28 minggu. Biasanya lebih banyak dan lebih berbahaya
daripada perdarahan kehamilan sebelum 28 minggu (Mochtar, 1998). Jika
perdarahan terjadi di tempat yang jauh dari fasil itas pelayanan kesehatan
atau fasilitas pelayanan kesehatan tersebut tidak mampu melakukan
tindakan yang diperlukan, maka umumnya kematian maternal akan terjadi
(Rochjati, 2003).
2) Pre-eklampsia/eklampsia
Kondisi ibu yang disebabkan oleh kehamilan disebut de ngan
keracunan kehamilan, dengan tanda -tanda oedeme (pembengkakan)
terutama tampak pada tungkai dan muka., tekanan darah tinggi, dan
dalam air seni terdapat zat putih telur pada pemeriksaan urine dari
laboratorium (Rochjati, 2003).
Kematian karena eklampsia meningkat dengan tajam dibandingkan
pada tingkat pre-eklampsia berat (Manuaba, 1998).
3) Kelainan Letak (Letak Lintang/Letak Sungsang)
a) Letak Lintang
Merupakan kelainan letak janin di dalam rahim pada kehamilan
tua (8-9 bulan): kepala ada di samping kanan at au kiri dalam rahim
ibu. Bayi letak lintang tidak dapat lahir melalui jalan lahir biasa, karena
sumbu tubuh janin melintang terhadap sumbu tubuh ibu. Bayi
membutuhkan pertolongan operasi sesar (Rochjati, 2003).
b) Letak Sungsang
Letak sungsang merupakan kelai nan letak janin di dalam rahim
pada kehamilan tua (hamil 8-9 bulan), dengan kepala di atas dan
bokong atau kaki di bawah. Bayi letak sungsang lebih sukar lahir,
karena kepala lahir terakhir (Rochjati, 2003).
Menurut Manuaba (1998) penyebab letak sungsang dapat berasal
dari pihak ibu (keadaan rahim, keadaan plasenta, keadaan jalan lahir)
dan dari janin (tali pusat pendek, hidrosefalus, kehamilan kembar,
hidramnion, prematuritas).
4) Hidramnion
Yaitu kehamilan dengan jumlah air ketuban lebih dari 2 liter.
Keadaan ini mulai tampak pada trimester III, dapat terjadi secara
perlahan-lahan atau sangat cepat. Pada kehamilan normal, jumlah air
ketuban ½ -1 liter.
Karena rahim sangat besar akan menekan pada organ tubuh
sekitarnya, yang menyebabkan keluhan -keluhan sebagai berikut:
1. Sesak napas, karena sekat rongga dada terdorong ke atas.
2. Perut membesar, nyeri perut karena rahim berisi air ketuban ?2 liter.
3. Pembengkakan pada kedua bibir kemaluan dan tungkai.
5) Ketuban Pecah Dini
Ketuban Pecah Dini yaitu keluarnya cairan berup a air dari vagina
setelah kehamilan berusia 22 minggu. Ketuban dinyatakan pecah dini jika
terjadi sebelum proses persalinan berlangsung. Pecahnya selaput
ketuban dapat terjadi pada kehamilan preterm sebelum kehamilan 37
minggu maupun kehamilan aterm (Saifu ddin, 2002).
b. Komplikasi Obstetrik Tidak Langsung :
1) Penyakit Jantung
Keluhan yang dirasakan oleh ibu hamil antara lain sesak napas,
jantung berdebar, dada terasa berat (kadang -kadang nyeri), nadi cepat,
kaki bengkak Keluhan tersebut timbul di waktu kerja be rat. Sedangkan
pada payah jantung yang berat dirasa pada saat kerja ringan atau sedang
beristirahat/berbaring. Pada saat kehamilan, penyakit jantung ini akan
menjadi lebih berat (Rochjati, 2003).
Pengaruh penyakit jantung terhadap kehamilan adalah dapat
menyebabkan gangguan pada pertumbuhan janin dengan berat badan
lahir rendah, prematuritas, kematian janin dalam rahim dan juga dapat
terjadi abortus (Mochtar, 1998).
2) Tuberkulosis
Keluhan-keluhan yang dirasakan oleh ibu hamil antara lain batuk
lama tak sembuh-sembuh, tidak suka makan, badan lemah dan semakin
kurus, batuk darah. Penyakit ini tidak berpengaruh secara langsung
terhadap janin dan tidak memberikan penularan selama kehamilannya.
Janin baru akan tertular setelah dilahirkan. Bila tuberkulosa/TBC sudah
berat dapat menurunkan kondisi tubuh ibu hamil, tenaga dan termasuk
ASI ikut berkurang, bahkan ibu dianjurkan untuk tidak memberi ASI
kepada bayinya secara langsung (Rochjati, 2003).
3) Anemi
Wanita tidak hamil mempunyai nilai normal hemoglobin 12 -15 gr%.
Angka tersebut juga berlaku untuk wanita hamil, terutama wanita yang
mendapat pengawasan selama hamil. Oleh karena itu, pemeriksaan
hemoglobin harus menjadi pemeriksaan darah rutin selama pengawasan
antenatal, yaitu dilakukan setiap 3 bulan atau paling sedik it 1 kali pada
pemeriksaan pertama atau pada triwulan pertama dan sekali lagi pada
triwulan terakhir (Mochtar, 1998).
Keluhan yang dirasakan ibu hamil adalah: lemas badan, lesu, lekas
lelah, mata berkunang-kunang, jantung berdebar. Pengaruh anemia
terhadap kehamilan antara lain: dapat menurunkan daya tahan ibu hamil
sehingga ibu mudah sakit, menghambat pertumbuhan janin sehingga bayi
lahir dengan berat badan rendah dan persalinan prematur (Rochjati,
2003).
4) Malaria
Keluhan yang dirasakan oleh ibu hamil antar a lain panas tinggi,
menggigil sampai keluar keringat, sakit kepala, muntah -muntah. Bila
penyebab malaria ini disertai dengan panas yang tinggi dan anemia, maka
akan mengganggu ibu hamil dan kehamilannya. Bahaya yang mungkin
terjadi antara lain abortus/keguguran, kematian janin dalam kandungan,
dan persalinan prematur (Rochjati, 2003).
5) Diabetes Mellitus
Dugaan adanya kencing manis pada ibu hamil apabila :
a) Ibu pernah mengalami beberapa kali kelahiran bayi yang besar
dengan berat badan lahir bayi lebih dari 4 000 gram.
b) Pernah mengalami kematian bayi dalam rahim pada kehamilan
minggu-minggu terakhir.
c) Ditemukan glukosa dalam air seni (pemeriksaan laboratorium), yang
disebut glikosuria.
Pengaruh diabetes mellitus terhadap kehamilan tergantung pada
berat ringannya penyakit, pengobatan dan perawatannya. Pengobatan
diabetes mellitus menjadi lebih sulit karena pengaruh kehamilan.
Kehamilan akan memperberat diabetes mellitus dan memperbesar
kemungkinan timbulnya komplikasi seperti koma (Rochjati, 2003).
Komplikasi yang Tidak Berhubungan Dengan Obstetrik seperti cidera akibat kecelakaan
(kendaraan, keracunan dan kebakaran).

Sorry, comments for this entry are closed a

Tidak ada komentar:

Posting Komentar